Jumat, 28 Oktober 2011

Tou Pasan, Tonsawang, Ponosakan dan Ratahan (Patokan)


(Suatu tinjauan historis setahun Kabupaten Minahasa Tenggara)
Oleh Christian H Gosal
SEJARAH suatu bangsa menjadi begitu bermakna sebagai ekspresi berbagai aspek kehidupan masyarakat dan pembanguannya, sekaligus dapat mencerminkan apresiasi jati diri manusianya hingga generasi ke generasinya.  Dari landasan itu, dicoba untuk menelusuri sekilas historis tou Pasan, Tonsawang, Ponosakan dan Ratahan (Patokan) sebagai tou Minahasa Tenggara, tou Minahasa.
Dari Utara
Melalui penelusuran sejarah asal-usul tou Minahasa, khususnya tou Pasan, Tonsawang, Ponosakan, dan Ratahan (Patokan) beberapa pakar seperti AL Beekman, Dr Paul Sarasin, Dr Frits Sarasin, J Ch Gaterer dan O Lorensz menjelaskan, melihat ciri-ciri tou Minahasa umumnya yang bermata sipit hitam kecoklatan dan warna kulit lebih terang dari suku bangsa Indonesia lainnya, menyiratkan bahwa tou Minahasa adalah suku pendatang yang dari luar, boleh jadi berkeluarga dengan bangsa Jepang dan Mongolia.  Darinya para sejarawan Minahasa separti J.F. Malonda, (Membuka Tudung Dinamika Filsafat Minahasa Purba, 1951), H.M. Taulu (Sedjarah Minahasa, 1955) dan F. S. Watuseke (Sedjarah Minahasa, 1962) menyimpulkan, suku bangsa Minahasa bertalian dengan Jepang dan Mongolia.  Kenyataannya dapat lihat dari bentuk tulang wajah (osteografi), rambut, mata, ruas buku anggota badan, pigmen, darah dan adanya persamaan unsur-unsur arsitek bangunan rumah dan bentuk waruga (Sejarah Minahasa, 1962). Mereka datang sekitar tahun 500 hingga tahun 200 sebelum masehi (zaman perunggu) atau zaman Melayu  muda dengan mengarungi lautan, hingga tiba di Minahasa.
Dari pendapat di atas, Tandean, seorang ahli bahasa dan huruf Cina Kuno, 1997 datang meneliti di Watu Pinawetengan.  Melalui tulisan “Min Nan Tou” yang terdapat di batu itu, ia mengungkapkan, tou Minahasa merupakan turunan Raja Ming  dari tanah Mongolia yang datang berimigrasi ke Minahasa. Arti dari Min Nan Tou adalah “orang turunan Raja Ming dari pulau itu” Toar adalah seorang panglima perang kerajaan Ming, sedangkan Lumimuut merupakan putri Raja Ming. Suatu ketika kerajaan Ming mendapat serangan dari kerajaan tetangga  dengan maksud untuk menguasai wilayah kerajaan Ming, namun peperangan itu dimenangkan oleh pasukan Toar. Kemudian Raja Ming menghendaki agar putrinya Lumimuut menikah dengan Toar, walaupun sesuai peraturan istana perkawinan itu tidak memungkinkan karena Toar bukan keturunan bangsawan (Roy E Mamengko,ed, Etnik Minahasa, 2002). Namun demikian Raja Ming tetap mengawinkan Toar dan Lumimuut, walaupun keduanya tidak boleh tinggal di dalam istana. Itu sebabnya setelah menikah, Toar dan Lumimuut bersama beberapa pengikut di antaranya seorang Walian (pemimpin agama) yang bernama Karema, Tonaas (pemimpin), Waraney (prajurit pemberani) dan beberapa rakyat biasa (petani), merantau dengan mengarungi lautan hingga tiba di pantai ujung utara Pulau Sulawesi dan berlabuh di tempat yang dinamakan Tinumpaan/Tumpaan, artinya tempat yang dituruni.
Dari Tumpaan mereka melakukan perjalanan ke arah barat hingga tiba di suatu dataran luas yang di tengahnya terdapat sebuah danau besar yang dinamakan Bulilin, artinya dipenuhi air, diapit oleh dua buah gunung, yaitu Gunung Soputan, artinya perkasa, dan Gunung Wulur Mahatus, artinya pegunungan seratus. Di tempat yang baru, Walian Karema mulai mengatur tempat pemukiman di empat lokasi, yaitu bukit Batu, Powod, Abur, dan Kali.
Perkawinan  Toar dan Lumimuut, dikaruniai  banyak anak (F.S Watuseke, Op.Cit, 1962). Kehamilan pertama dan kedua Lumimuut melahirkan dua kali kembar sembilan, sehingga anak–anak itu di namakan Se Makarua Siow (2x9).  Kemudian saat melahirkan ketiga, keempat dan kelima, seluruhnya kembar tujuh dan anak-anak itu dinamakan Se Makatelu Pitu (3x7).  Pada kelahiran yang keenam dan ketujuh, Lumimuut memperoleh kembar tiga.  Namun anak-anak itu bukan dinamakan Se Makarua Telu (2x3) melainkan Se Pasiowan Telu, karena setiap kali anak-anak itu dilahirkan, disambut dengan siulan burung Manguni sebanyak sembilan kali.  Kelompok Makarua Siow kemudian menjadi Walian, Makatelu Pitu menjadi Tonaas dan Pasiowan Telu, menjadi rakyat biasa.
Adapun empat buah perahu yang menyusul rombongan Toar dan Lumimuut, konon dua di antaranya berlabuh di Kema, kemudian mendirikan pemukiman di Minawerot, Kumelembuay dan Kalawat (Klabat).  Satu buah perahu berlabuh di Atep.  Mereka menuju ke sebelah barat dan menjumpai sebuah danau besar yang berada di tengah dataran tinggi dan memutuskan untuk bermukim di situ lalu mendirikan pemukiman Tataaran, Koya, Tampusu (Remboken) dan Kakas.  Namun beberapa di antaranya, menyusuri pesisir pantai ke arah selatan hingga tiba di Bentenan dan sebahagian lagi di antaranya menuju ke sebelah barat lalu mendirikan pemukiman Tosuraya.  Sedangkan satu buah perahu berlabuh di Pogidon kemudian mendirikan pemukiman Singkil dan Malalayang di sekitar Gunung Bantik.
Ketika penduduk di sekitar Danau Bulilin terus bertambah banyak, para Tonaas, Walian dan Potuusan berinisiatif mengadakan musyawarah untuk membicarakan tentang (Tumani) penyebaran penduduk ke berbagai penjuru di tanah Malesung.  Tumani inilah yang dikatakan H. M. Taulu (Op. Cit, 1955) sebagai pemancaran pertama orang Minahasa.  Di tempat yang baru, mereka bertemu dengan orang-orang lain yang bukan sekaum Taranak.  Di antara turunan mereka, terjadi perkawinan campur sehingga dengan semakin banyaknya Taranak-taranak, maka terciptalah wanua (negeri).
Sebagaimana ketentuan adat, golongan Pasiowan Telu diwajibkan melakukan pekerjaan-pekerjaan untuk kepentingan umum dan pinontol (bekerja kepada para pemimpin), seperti menanam dan menuai.  Selain itu diwajibkan membagi hasil pertanian, peternakan maupun perburuan mereka kepada golongan Makarua Makasiow dan golongan Makatelu Pitu serta melakukan ketentuan-ketentuan adat misalnya mempersiapkan kurban persembahan setiap dilangsungkan ritual poso negeri dan menjaga keamanan negeri secara bergiliran (Drs. R. E. H. Kotambunan,Minahasa II & III, 1985).
Sekitar abad ke-5 terjadi pemberontakan dan peperangan dari golongan Pasiowan Telu karena tuntutan mereka agar tanah-tanah adat sebagai lahan pertanian yang sebagian besar sudah di-apar (diolah) sebagai milik golongan Makarua Siow dan Makatelu Pitu agar dibagi secara adil, menuntut agar sistem pengangkatan pemimpin tidak lagi bersifat otoritas golongan   Makarua Siow dan golongan Makatelu Pitu, melainkan harus dipilih dari seluruh anggota masyarakat, tidak dikabulkan dengan alasan tidak sesuai dengan ketentuan adat.
Melihat peperangan antar Walak (kelompok Taranak) terus berlangsung, tahun 670, beberapa Walian dan Tonaas menyadari akan pentingnya suatu musyawarah di dalam usaha menciptakan kembali akan persatuan dan kesatuan yang berlangsung di sekitar kaki Gunung Tonderukan.  Di tempat itu, terdapat sebuah batu “Tumotowa” tempat pelaksanaan ritual poso (J. G. F. Riedel, The Minahasa, 1862).  Kendati berlangsung alot, namun musyawarah yang dipimpin oleh Tonaas Kapero yang berasal dari kelompok Pasiowan Telu bersama Muntu Untu dari golongan Makarua Siow sebagai panitera/notulis dan Mandey sebagai saksi, berhasil mencapai beberapa  kesepakatan penting, di antaranya:
- Menerima penetapan pembagian pemukiman setiap kaum Taranak
- Setiap kaum Taranak dapat mengembangkan ketentuan adat dan ritual yang tetap berlandaskan kepercayaan terhadap Empung Walian Wangko (Tuhan Yang Maha Agung) dan opo (leluhur).
- Setiap kaum Taranak dapat mengembangkan bahasa sesuai kehendak masing-masing, namun semuanya tetap mengaku sebagai satu Kasuruan, yang tidak dapat dicerai-beraikan oleh siapapun.
Selanjutnya pembagian wilayah pemukiman diatur sebagai berikut :
1. Taranak yang dipimpin oleh Tonaas Mapumpun, Belung, dan Walian Kakamang menuju sekitar Gunung Lokon dan bermukim di Mayesu, dekat Kinilow dan Muung. Mereka disebut Tou Muung kemudian menjadi Tomohon.  Mereka dinamakan Tombulu.
2. Kaum Taranak yang dipimpin oleh Tonaas Walalangi dan Walian Rogi menuju ke Niaranan dan Kembuan (Tonsea Lama).  Sebagian lagi mendirikan pemukiman di sekitar Gunung Kalawat (Kalabat).  Mereka disebut “Tou Un Sea” (Tonsea)
3. Taranak yang dipimpin oleh Tonaas Karemis dan Piay, pergi ke arah barat dan menyebar ke Tombasian, Kawangkoan, Langowan, Rumoong (Tareran) dan Tewasen. 
4. Taranak yang dipimpin oleh Tonaas Pangemanan, Runtuwene dan Mamahit, menuju ke Kakas, Atep  dan Limambot. Mereka dinamakan Toulour.
5. Kaum Taranak yang dipimpin oleh Tonaas Wuntu, menuju ke Bentenan. Sebagian lagi mendirikan pemukiman di Ratan. Mereka disebut Ratahan. Yang menuju ke Towuntu (Liwutung), mereka disebut tou Pasan. Beberapa di antara tou Pasan mengadakan tumani dan bermukim di Tawawu (Tababo), Belang dan Watuliney, membaur dengan penduduk dari Taranak Ponosakan, yaitu keluarga Butiti, Wumbunan dan Tubelan yang datang dari Wulur Mahatus (Pontak). Mereka disebut tou Ponosakan.
6. Kaum Taranak yang dipimpin oleh Tonaas Kamboyan, menuju ke dataran sekitar Danau Bulilin, tempat asal mereka semula dan mendiami pemukiman di Bukit Batu, Kali dan Abur. Mereka disebut Toundanouw, artinya orang yang tinggal di sekitar air. Kemudian bangsa Belanda menamakan mereka Tonsawang, artinya orang yang suka menolong.
7. Kaum Taranak yang dipimpin oleh Tonaas Angkoy dan Maindangkay menuju ke arah barat hingga tiba di sekitar Gunung Bantik dan mendirikan pemukiman Malalayang. Beberapa di antara mereka pergi bermukim di Pogidon dan Singkil. Karena bermukim di sekitar Gunung Bantik, mereka dinamakan tou Bantik.
Adapun salah satu keputusan penting dari musyawarah di batu ‘’Tumotowa’’ yaitu pembagian wilayah, sehingga batu itu dinamakan ‘’Watu Pinawetengan’’, artinya batu tempat pembagian. Dalam perjalanan sejarah ternyata perang antar anak suku di Malesung masih sering terjadi, sehingga 1428 para pemimpin Minahasa kembali mengadakan musyawarah di sekitar Watu Pinawetengan. Adapun keputusan yang dicapai dalam musyawarah, yaitu: nama ‘’Malesung’’ diubah menjadi ‘’Minahasa’’, berasal dari kata esa (satu), diberi awalan ma dan sisipan in, maka terbentuklah kata ‘’Maha Esa’’ (menyatukan), kemudian menjadi ‘’Minahasa’’ (Dr. Godee Molsbergen, Geschiedenis Van De Minahasa, 1929), artinya yang menjadi satu, yaitu menyatukan seluruh anak suku Minahasa: Tontemboan, Tombulu, Tonsea, Toulour, Pasan, Ratahan, Ponosakan, Tonsawang dan Bantik.
Mengacu dari uraian di atas, itu berarti bahwa anak suku Patokan yang mendiami wilayah Minahasa Tenggara yang selama ini terkesan adalah pendatang baru, merupakan suatu kekeliruan, tetapi mereka adalah bagian dari satu kesatuan yang tak terpisahkan dengan anak suku Minahasa lainnya.
Dalam Pusaran Peperangan
Tahun 1639 armada Spanyol memasuki pelabuhan Amurang. Di sana mereka melihat penduduk setempat memakan nasi. Mengetahui sumbernya berasal dari Tonsawang, bangsa Spanyol menuju ke sana dan menyaksikan betapa hasil beras dan hutan berlimpah. Penduduk Tonsawang ketika itu dipimpin oleh Ukung Oki. Kemudian bangsa Spanyol menjalin hubungan dagang dengan cara tukar-menukar (barter). Semula bangsa Spanyol menunjukkan sikap bersahabat sehingga mereka diterima oleh penduduk pribumi, bahkan atas seizin Ukung Oki mereka diperkenankan mendirikan tempat penginapan di dekat bukit Kali. Tidak berselang lama, mereka berubah merasa berkuasa, menghina, dan memperkosa wanita setempat, hingga merampas harta benda. Akibatnya Ukung Oki, segera memanggil panglima perang Lelengboto, untuk melawan orang-orang Spanyol di tempat penginapan mereka hingga terjadi pertempuran dahsyat. Melihat keberanian pasukan Tonsawang, pasukan Spanyol mundur dan lari. Pertempuran dahsyat ini mengakibatkan 40 pasukan Spanyol gugur dan pasukan Tonsawang 29 orang.
Tahun 1644 bangsa Spanyol kembali menduduki Amurang dengan maksud menuntut dan menguasai pembelian beras serta hasil bumi lainnya dari Tonsawang dan Pontak. Penduduk pribumi segera mengangkat senjata lalu terjadi pertempuran yang sengit. Dalam pertempuran itu 100 pasukan Spanyol tertawan dan terbunuh. Melihat keadaan demikian armada Spanyol pimpinan Bartholomeo de Sousa meninggalkan Amurang lalu menuju ke Filipina. Pasukan Tonsawang dan Tontemboan yang gugur antara lain: Panglima Monde gugur sewaktu melindungi istrinya Ukung Oki dan Panglima Worotikan. Atas kemenangan pasukan Ukung Oki, para pemimpin mengadakan musyawarah dan menetapkan memberi gelar kepada Ukung Oki sebagai Ukung Wangko dan Tonaas Wangko (hukum besar dan pemimpin besar) yang memimpin pemerintahan di lima wilayah Walak, yaitu Tombasian, Tonsawang, Pasan Ratahan dan Ponosakan. Benteng Portugis di Amurang dijadikan pusat pemerintahan Tonaas Wangko Oki.
Di dalam menjalankan tugas pemerintahannya, Tonaas Wangko Oki dikenal sebagai pemimpin yang arif dan bijaksana sehingga ia dihormati dan disegani. Walaupun sudah berstatus janda, namun kecantikannya tidak luntur bahkan semakin menarik.
Raja Bolaang Mongondow saat itu, Loloda Mokoagow sangat tertarik dengan kecantikan Tonaas Wangko Oki sehingga ia melamar Tonaas Wangko Oki untuk menjadi istrinya. Lamaran Raja Loloda Mokoagow diterima dengan syarat Raja Loloda Mokoagow menuruti permintaan Tonaas Wangko Oki, yaitu tanah luas yang terhampar dari Sungai Ranoyapo hingga Sungai Poigar sebagai dooho (mas kawin). Hamparan tanah tersebut adalah wilayah yang sudah lama menjadi sengketa antara Minahasa dan Bolmong. Permohonan Tonaas Wangko Oki disetujui Raja Loloda Mokoagow kemudian mereka berdua melangsungkan perkawinan. Dengan ditetapkannya batas antara Minahasa dan Bolmong yaitu Sungai Poigar di sebelah Barat dan Sungai Buyat di sebelah timur.
Setelah kawin dengan Raja Loloda Mokoagow, kepada Tonaas Wangko Oki diberikan gelar ratu karena sudah menjadi istri seorang raja. Sejak itu mereka tinggal dan menetap di Benteng Portugis, kompleks Gereja Sentrum Amurang. Kemudian Raja Loloda Mokoagow mendirikan sebuah pesanggrahan sebagai tempat istirahat di wilayah kerajaannya yang terletak di pelabuhan alam pantai utara. Tempat itu dinamakan Labuhan Oki.
Adapun pemerintahan Ratu Oki terus mengalami kemajuan pesat. Rakyatnya hidup makmur, aman dan tentram, ditopang oleh pasukan keamanan yang kuat. Bahkan kekuatan pasukan keamanan Ratu Oki sampai diketahui Raja Buitenzorg (Bogor) kemudian memohon bantuan agar kiranya dapat mengirim tentara Ratu Oki untuk memperkuat pasukan kerajaan Buitenzorg. Sebagai ucapan terima kasih, Raja Buitenzorg memberikan hadiah berupa uang dan medali sebesar teluritik yang terbuat dari berlian, di dalamnya bertuliskan Hadiah Raja Buitenzorg kepada RatuTonsawang atas bantuan dan jasanya kepada Raja Buitenzorg (P.A. Gosal, Ratu Oki, Srikandi Minahasa 2000).
Perang Patokan Melawan Belanda   
Dengan diterimanya kontrak perjanjian 10 Januari 1679 yang dibuat Belanda, itu berarti Minahasa mengakui kekuasaan Belanda. Tetapi para Ukung dari Bantik, Tonsawang, Ratahan, Pasan dan Ponosakan tidak mau menerima perjanjian tersebut. Pihak Belanda beberapa kali mengadakan pendekatan dengan para Ukung di wilayah Patokan agar menerima perjanjian itu seperti halnya dengan para Ukung Minahasa lainnya. Sebagai tindak lanjut dari desakan pihak Belanda, maka pemimpin keempat Walak masing-masing: Ukung Rugian kepala Walak Tonsawang, Ukung Lokke kepala Walak Pasan, Ukung Watah kepala Walak Ratahan dan Ukung Mokolensang kepala Walak Ponosakan, sepekat mengadakan musyawarah, namun keputusannya tetap menolak perjanjian 10 Januari 1679 karena dianggap hanya menguntungkan pihak Belanda. Melihat keteguhan prinsip mereka, pihak Belanda mengutus suatu pasukan di bawah pimpinan Sersan Smith melalui ekspedisi dengan kelengkapan perang melalui dua jalur, yaitu jalan darat dari sebelah utara dan laut melalui pelabuhan Belang untuk menggempur keempat wilayah itu. Walak Ratahan dan Ponosakan mendapat serangan mula-mula. Penduduk mengadakan perlawanan tetapi pasukan Belanda yang menggunakan perlengkapan perang yang modern saat itu, berhasil menghancurkan negeri Ratahan dan korban berjatuhan. Peristiwa yang sama juga terjadi di Ponosakan. 5 orang waraney dari Ratahan dan Ponosakan gugur. Dari Ratahan pasukan Belanda melanjutkan perjalanan menuju ke wilayah Walak Pasan dan Tonsawang. Setiba di Liwutung, pasukan dari Pasan dan Tonsawang langsung menghadang dan mengadakan perlawanan terhadap pasukan Belanda sehingga 40 penduduk bersama 5 orang Waraney gugur. Sejak saat itu wilayah Walak Ratahan, Ponosakan, Pasan dan Tonsawang secara resmi menerima perjanjian dengan Belanda, sama seperti Walak lainnya di Minahasa.
Kabupaten Minahasa Tenggara
Awal perjuangan pembentukan Kabupaten Minahasa Tenggara sudah mulai menggema sejak 1985, ketika anggota DPRD Kabupaten Minahasa saat itu mengadakan kunjungan ke wilayah selatan Kabupaten Minahasa, dimana beberapa tokoh masyarakat setempat mendesak agar Kabupaten Minahasa Selatan segera dijadikan sebagai daerah otonom. Bersamaan dengan itu aspirasi yang berkembang di Kecamatan Ratahan, Belang, dan Tombatu menginginkan agar wilayah itu layak diperjuangkan menjadi Kabupaten Minahasa Tenggara. Melalui sidang pleno DPRD Minahasa pada 11 Oktober 1985, berhasil memutuskan tentang pemekaran Kabupaten Minahasa Tenggara yang mendapat persetujuan dari pemerintah Kabupaten Minahasa saat itu yang diwakili oleh Sekwilda, Drs  SH Sarundajang. Tetapi usulan itu tidak disetujui pemerintah Provinsi
Sulawesi Utara, dengan alasan bahwa pemekaran itu belum mendesak.
Tahun 2003 beberapa tokoh masyarakat di wilayah tenggara Minahasa kembali memperjuangkan Kabupaten Minahasa Tenggara, Januari 2004, terbentuklah Panitia Perjuangan Pembentukan Kabupaten Minahasa Tenggara (PPPKMT) dengan ketua, Dirk Tolu SH MH, Sekretaris Arce Manawan SE dan Bendahara Julius Toloiu SE. Sebulan kemudian PPPKMT mengajukan surat ke DPRD Kabupaten Minahasa dan Penjabat Bupati Kebupaten Minahasa Selatan, perihal pengusulan pembentukan Kabupaten Minahasa Tenggara. Sebagai tindak lanjut, Maret 2004, DPRD Kabupaten Minahasa membentuk panitia khusus dengan ketua Julius EA Tiow, Sekretaris Musa Rondo dengan anggota Ronald Andaria SAg dan Herman Tambuwun mengadakan kunjungan kerja ke wilayah Minahasa Tenggara untuk menampung aspirasi masyarakat. Selanjutnya Panitia Khusus DPRD Minahasa bertemu dengan Penjabat Bupati Minahasa Selatan Drs RM Luntungan untuk melaporkan tentang aspirasi masyarakat Minahasa Tenggara.
Untuk memberikan dukungan moril terhadap perjuangan pembentukan Kabupaten Minahasa Tenggara,   31 Januari 2006 terbentuk Forum Pendukung Perjuangan Pembentukan Kabupaten Minahasa Tenggara (FP3K MT) dengan ketua, Johanis Jangin SE, Sekretaris Teddy Rugian SSos yang nantinya mempresur politik ke pihak pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan, Provinsi Sulawesi Utara dan pusat.
Selanjutnya secara berturut-turut, 29 Mei 2006 kunjungan Panitia AD HOC I Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI yang terdiri dari Hj Sri Kadarwati Aswin, Ir Marhany Pua, Lundu Panjaitan SH, Drs H Al Rasyid, Drs KH Marwan Aidid dan seorang staf, Mohamad Ilyas SIP. 27 Juni 2006, anggota Komisi II DPR RI, masing-masing Dr Abdul Gafur, Suyuti, Suyana beserta staf ahli DPR RI Yanuwar dan tim Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah (DPOD) pada 10 Agustus 2006, semuanya dalam rangka mengadakan peninjauan tentang kelayakan Minahasa Tenggara untuk menjadi sebagai kabupaten baru.
Pada 8 Desember 2006, di hadapan ratusan masyarakat Minahasa Tenggara yang hadir di gedung senayan Jakarta, dalam sidang paripurna DPR RI mengesahkan terbentuknya Kabupaten Minahasa Tenggara. Untuk menjalankan roda pemerintahan, pada 23 Mei 2007, Menteri Dalam Negeri Ad Interm, Widodo AS melantik Drs Albert Pontoh MM sebagai penjabat Bupati Kabupaten Minahasa Tenggara.
Tou Patokan Dalam Ke-Minahasa-an
Kendati secara pemerintahan Minahasa Tenggara sudah menjadi daerah otonom, namun sebagai satu kesatuan yang utuh dari Minahasa, maka seharusnya kita memahami makna yang terkandung dalam konteks Minahasa. Sebagaimana hasil musyawarah di Watu Pinawetengan 1428 atau Deklarasi Maesa II, yaitu nama Malesung diubah menjadi Nima Esa, Mina Esa, (Minahasa), artinya: ‘’Ya Setuju Semua Menjadi Satu’’.
Nama Minahasa mengandung suatu kesepakatan mulia dari para leluhur melalui musyarawarah dengan ikrar bahwa segenap tou Minahasa dan keturunannya akan selalu seia sekata dalam semangat budaya Sitou Timou Tumou Tou. Dengan kata lain tou Minahasa akan tetap bersatu (maesa) dimanapun ia berada dengan dilandasi sifat maesa-esaan (saling bersatu, seia sekata), maleo-leosan (saling mengasihi dan menyayangi), magenang-genangan (saling mengingat), malinga-lingaan (saling mendengar), masawang-sawangan (saling menolong) dan matombo-tomboloan (saling menopang). Inilah landasan satu kesatuan tou Minahasa yang kesemuanya bersumber dari nilai-nilai tradisi budaya asli Minahasa (Richard Leirissa, Manusia Minahasa, 1995).
Sebagai hasil dari peradaban, pendidikan dan budaya yang selalu ingin maju, sejak permulaan abad ke-19 tou Minahasa, di dalamnya tou Patokan bagaikan eksodus meninggalkan tanah leluhur, pergi ke berbagai pelosok Hindia Belanda (nusantara) menjadi sebagai guru injil dan guru sekolah, pengawas perkebunan pemerintah dan pegawai perusahaan swasta milik orang-orang Eropa di Jawa, pegawai pemerintahan, polisi dan tentara KNIL. Selain itu tou Minahasa menjadi pegawai pelayaran, jawatan kereta api, perusahaan minyak, mendirikan pers melayu di antaranya Koran Jawa, Kabar Perniagaan (1903) dan Jawa Tengah (1913) (David E.F. Henley Nasionalism And Regionalisme In Minahasa, 1996). Selanjutnya banyak di antaranya perantauan yang menggeluti profesi modern, seperti dokter, pengacara, insinyur, politikus dan pengusaha yang tersebar di berbagai tempat. Darinya, tou Minahasa termasuk pemerintah, menghormati setinggi-tingginya atas segala hasil usaha putra-putri Minahasa karena dengan saling bahu-membahu telah membawa kemajuan peradaban bagi sesama yang terkebelakang di kepulauan nusantara.
Kendati demikian dimanapun dan dalam keadaan apapun ia berada, tou Minahasa dengan bangga akan berkata,’’saya adalah orang Indonesia asal Minahasa, anak cucu Toar Lumimuut, putra-putri Kawanua’’. Pengembaraan tou Minahasa ke seluruh penjuru dunia telah memberinya berbagai pengalaman sosial, ekonomi, politik dan budaya berbagai bangsa, sekaligus tentang kesuksesan dan kegagalan yang kesemuanya dapat menjadi wacana dalam kerangka mencari jati diri tou Minahasa yang hakiki, yaitu tou ngaasan (pinter), tou beatean (beriman) dan tou keter (kuat dan bertanggung jawab).
Musyawarah Watu Pinawetengan di kaki Gunung Tonderukan, kini sudah membilang berabad-abad lamanya. Dalam kurun waktu teramat panjang, telah terbentang selaksa peristiwa silih berganti bagaikan pelangi yang menghiasi sejarah perjalanan hidup tou Minahasa. Hal ini berarti ke-minahasaan tetap dijiwai dalam ke-indonesia-an, bahkan dalam kemancanegaraan bagi setiap tou Minahasa dimanapun ia berada, sebagai bagian dari satu kesatuan Minahasa yang utuh.
Dengan demikian makna tou Patokan dalam konteks tou Minahasa; adalah menyangkut jiwa, kepribadian dan jati diri tou Minahasa. Jiwa, karena merupakan suatu yang utama, menjadi sumber tenaga dan kehidupan; di dalamnya mencakup seluruh keseutuhan perasaan batin, pikiran dan angan-angan, sehingga ia merupakan roh kehidupan dari setiap tou Minahasa. Sebagai kepribadian, karena ia merupakan seluruh dari sifat-sifat dan watak dari tou Minahasa, dan sebagai jati diri karena ia merupakan sesuatu yang asli dan murni sebagai ciri atau tanda pengenal tou Minahasa.
Hasil karya tou Minahasa/tou Patokan sebagai perwujudan dari potensi cipta, rasa, dan karsa itulah yang disebut sebagai budaya Minahasa dan sebagaimana layaknya suatu budaya, ia mengandung nilai-nilai dan norma-norma yang kemudian diaktakan dalam bentuk praktis yaitu suatu kekayaan rohani berupa pemikiran, yang kemudian diwujudkan dalam setiap ucapan dan perbuatan keseharian hidup sebagai tou Minahasa.#
*Tou Mitra, pemerhati sejarah budaya Minahasa



Sumber: mdopost.com   

Hadapilah semua tantangan hidup dengan optimisme dan sukacita.


Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, - II Timotius 1:7
Salah satu alasan mengapa kita tidak bisa mengembangkan senyum lebih lebar adalah karena kita terlampau dicekam oleh ketakutan kita sendiri. Boleh percaya boleh tidak, namun fakta berkata bahwa ketakutan adalah seperti kanker ganas yang menggerogoti sukacita kita. Semakin kita mengijinkan ketakutan mempengaruhi kehidupan kita, maka semakin sulit kita merasakan sukacita.
Cerita lama dari India menceritakan tentang tikus yang ketakutan karena melihat seekor kucing. Itu sebabnya tikus tersebut pergi kepada tukang sihir untuk menyulapnya menjadi kucing. Setelah tikus tersebut jadi kucing, kembali lagi ia dicekam rasa takut karena melihat anjing. Maka segera saja ia kembali ke tukang sihir dan minta mengubahnya menjadi anjing. Setelah jadi anjing, lagi-lagi ia takut ketika bertemu dengan macan dan minta kepada tukang sihir untuk mengubahnya menjadi macan. Tetapi ketika ia datang lagi dengan keluhan bahwa ia bertemu dengan pemburu, si tukang sihir menolak membantu lagi, “Akan saya ubah kamu jadi tikus lagi, sebab, sekalipun badanmu macan, nyalimu masih tetap nyali tikus.”
Ketika kita percaya kepada Yesus, kita diubah menjadi manusia baru. Hanya sayang, kita seperti cerita klasik tersebut. Kita mengaku sudah menjadi manusia baru, tapi “nyali” kita tidak baru. Daripada mengijinkan Kristus menguasai kehidupan kita, kita lebih mengijinkan ketakutan yang menguasai kita. Bukan iman, tapi rasa kuatir. Bukan keberanian, tapi rasa cemas. Tak heran sukacita kita padam. Tak ada senyum. Tak ada keceriaan. Sebaliknya, kegelisahan dan ketakutanlah yang terpancar dari hidup kita.
Seandainya kita memiliki nyali Kristus, tentu kita bisa bersukacita dalam segala keadaan. Paulus memiliki nyali Kristus, itu sebabnya penjara tak bisa membendung sukacitanya. Demikian juga situasi dan kondisi yang paling buruk sekalipun tak akan pernah bisa memadamkan sukacita kita, seandainya kita memiliki nyali Kristus. Sungguh ironis kalau kita mengaku sebagai anak Tuhan tetapi tak mampu lagi bersukacita karena situasi dan keadaan yang menantang kita. Bukankah seharusnya kita berani menghadapi setiap tantangan hidup dengan optimisme dan sukacita? Kalau tak bisa tersenyum di tengah tantangan hidup, itu seperti seekor macan dengan nyali tikus.
Hadapilah semua tantangan hidup dengan optimisme dan sukacita.
» Ilustrasi Rohani ini diambil dari Renungan Harian Spirit

Rabu, 26 Oktober 2011

HARAPAN ITU NYATA



Saya ingin kamu mengetahui bahwa apapun situasi yang kamu temukan saat ini, selalu ada harapan. Kamu mungkin tidak dapat melihat atau merasakan harapan itu, namun harapan itu sungguh tersedia untuk kamu

Dalam perjalanan ke tempat kerja, saya menyaksikan ada kata-kata tertulis pada spanduk di sebuah gereja lokal. Tulisan itu berbunyi : “Harapan Itu Nyata”. Saya berfikir tentang hal itu dan (tanpa perlu untuk mengatakannya) setuju dengan pernyataan itu. Namun begitu saya merenungkan pernyataan pendek itu, saya menyadari bahwa untuk banyak orang harapan itu tidaklah nyata. Saya percaya bahwa itu adalah satu hadiah terpenting yang dapat kita berikan pada orang lain, dan pemberian itu adalah suatu “harapan”.

Kamu lihat, seseorang yang kehilangan harapan dan kesepian biasanya tidak dapat menolong dirinya sendiri keluar dari keadaan itu. Mereka mempunyai rasa kehilangan yang besar dan merasa tanpa pertolongan. Kita harus datang disamping mereka dan membawa berita baik tentang Tuhan Yesus dan semua pertolongan yang bisa Tuhan tawarkan pada manusia.

Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan. (Yohanes 10:10)

Satu definisi untuk harapan adalah : “Untuk melihat ke depan dengan keyakinan atau pengharapan”. Kita harus membawa Firman Tuhan dengan semua harapan bagi orang yang tidak mengetahui bahwa harapan itu nyata. Ketika kita membawa harapan, kita juga membawa hidup. Itu adalah perubahan hidup agar akhirnya mereka bisa percaya kembali. Itu lebih dari hanya sekedar meminta pada Tuhan untuk sesuatu yang amat kita butuhkan; kita harus mengharapkan adanya mujizat dalam pengharapan kita. Pada suatu tempat di pertengahan permohonan kita, kepercayaan dan harapan Tuhan untuk menjawab, kita akan menemukan apa yang kita cari.

“Sesungguhnya, aku percaya akan melihat kebaikan TUHAN di negeri orang-orang yang hidup! (Mazmur 27:13).

Saya punya perasaan untuk jangka waktu yang lama bahwa masalah paling besar yang kita miliki di dunia ini adalah begitu banyaknya orang yang kehilangan harapan. Terlihat dengan banyaknya kesakitan, masalah, penyakit, kesukaran, kesulitan finansial, masalah keluarga, isu dunia, kepentingan politis dll. Ini menunjukkan bahwa dunia ini tidak mempunyai harapan.

Keterpisahan dari Tuhan begitu mengerikan, disinilah tempat ketiadaan harapan. Namun dengan pertolongan Tuhan, kita dapat menyatukannya kembali. Saya ingin kamu tahu bahwa apapun situasi yang kamu temukan dalam diri kamu saat ini, selalu ada harapan. Kamu mungkin tidak dapat melihat atau merasakan harapan itu, namun harapan itu tersedia untukmu? Ada satu tempat dimana harapan dapat ditemukan yaitu di dalam Kristus Tuhan.

Saya lakukan pencarian kata firman dalam Alkitab untuk kata “harapan” dan menemukan banyak pesan yang indah. Ini ada hampir di semua kitab Mazmur dan Amsal tentunya. Raja Daud, penulis Mazmur, menemukan dirinya dalam banyak situasi dan harus mengingatkan dirinya bahwa harapan itu nyata. “Harapan itu datang dari Tuhan” . Ini adalah beberapa doa Daud pada Tuhan.

Dan sekarang, apakah yang kunanti-nantikan, ya Tuhan? Kepada-Mulah aku berharap. (Mazmur 39:8).

Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!. (Mazmur 42:11).

Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, ya TUHAN, tunjukkanlah
itu kepadaku. Bawalah aku berjalan dalam kebenaran-Mu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan aku, Engkau kunanti-nantikan sepanjang hari. (Mazmur 25:4-5).


Ya, semua orang yang menantikan Engkau takkan mendapat malu;
yang mendapat malu ialah mereka yang berbuat khianat dengan tidak ada alasannya. (Mazmur 25:3).


Sesungguhnya, mata TUHAN tertuju kepada mereka yang takut akan Dia, kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya. (Mazmur 33:18).

Ingatlah firman yang Kaukatakan kepada hamba-Mu, oleh karena Engkau telah membuat aku berharap. (Mazmur 119:49)

Percayalah pada Tuhan. Dia ingin kamu percaya padaNya. Kamu perlu untuk setuju dengan Tuhan tentang situasimu. Apa yang Tuhan katakan tentang siapa kamu dan akan yang Dia akan lakukan bagi hidupmu?. Jangan melangkah hanya berdasar perasaan saja. Malahan kita seharusnya mengingatkan diri kita bahwa Tuhan punya rencana yang baik untuk kita. Yeremia menolong kita mengingat bahwa Tuhan sudah mengatakan tentang hal itu :

Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. (Yeremia 29:11)

Kita tidak perlu kecewa atau merasa kesepian. Kita dapat memiliki harapan. Kasih Tuhan dalam hati kita akan membakar kobaran harapan yang ada dalam hati terdalam kita. Firman Tuhan dapat memompa kita ketika kita membacanya dengan antisipasi besar dan juga keyakinan iman. Paulus menulis dalam kitab Roma perkataan bermakna dalam yang membakar hati.

Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita. (Roma 5:5)

Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci. (Roma 15:5).

Ini ada beberapa ayat kunci yang menolong kita mengerti apa yang kita perlu lakukan. Kata-kata seperti : ”jadilah kuat, tetap semangat, nantikanlah, memuja dan menyembah dengan takut akan Tuhan, tetaplah berharap, sabarlah untuk jawaban dan bersukalah dalam pengharapan”. Semua itu adalah kata-kata tindakan yang perlu kita lakukan juga. Bacalah ayat-ayat ini keras-keras selama waktu saat teduh kamu. Saksikan bagaimana harapan akan datang dan hidup dalam hatimu ketika kamu memperkatakan Firman Tuhan terhadap diri kamu dan keadaanmu.

Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu, hai semua orang yang berharap kepada TUHAN!. (Mazmur 31:25)

Orang-orang yang takut kepada-Mu melihat aku dan bersukacita, sebab aku berharap kepada firman-Mu. (Mazmur 119:74)

Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah. (Yesaya 40:31).

Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi; sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya? Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun. (Roma 8:24-25)

Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!. (Roma 12:12)

Saya tidak ingin hal ini hanya menjadi perenungan. Saya ingin hal ini dibawa dan hidup bagi kamu. Berdoalah dengan menggunakan firman harapan ini bagi situasi dan hidupmu. Saya punya harapan dan harapan saya adalah dalam Tuhan. Saya akan menjadi kuat saat menanti-nanti Tuhan. Saya percaya Tuhan dengan hidup saya dan kehidupan keluarga saya. Katakan firman ini setiap hari. Harapan itu Nyata. Itu berasal dari Allah dan telah diletakkan dalam hatimu. Perkatakan hal itu dan dan saksikan apa yang akan Tuhan lakukan bagi kamu.

Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan. (Roma 15:13)

Apa kebutuhan kamu saat ini? Apakah untuk berkat secara keuangan, kesembuhan jasmani kamu, pekerjaan yang kamu idamkan, rumah atau kendaraan? Apapun itu, sertakan Tuhan Yesus saat ini. Adakah orang dalam hidupmu saat ini yang membutuhkan kekuatan dan semangat? Perkatakan harapan yang membawa kehidupan. Harapan itu Nyata, cobalah!

Sumber Kesaksian: Martha Noebel – CBN, Jawaban.com

Selasa, 25 Oktober 2011

Apartemen Lantai 60


Ada satu keluarga yang mengontrak rumah dan akhirnya membeli sebuah apartemen di lantai 60. Apartemen itu memakan waktu sangat lama dalam pembuatannya. Kemudian, tibalah hari yang dinanti. Apartemen dambaan telah jadi dan selesai dengan baik. Dengan semangat dan antusias mereka membawa banyak barang-barang untuk mengisi apartemen mereka.
Mereka membawa surat kabar, pakaian, mainan, makanan, kompor, lemari pakaian, tempat tidur, peralatan makan, televisi, alat musik, sabun, teropong, dan banyak sekali barang lain. "Nanti di atas, kita bisa nonton tv, main video game, masak terus makan masakan buatan sendiri, bisa bersantai sambil mendengarkan musik, bisa meneropong jauh, bersantai, mandi dulu, pokoknya enak deh..." demikian pikir mereka.
Sesampainya mereka di sana, mereka menemui developer. Ternyata, apartemen itu baru setengah jadi dan lift belum terpasang. Mereka sangat kecewa dibuatnya. Mereka ingin pulang ke rumah lama mereka, tapi kontrak mereka sudah habis. Dengan sangat terpaksa, mereka harus tetap naik ke atas sana dan tinggal di dalamnya menggunakan tangga darurat. Mereka naik membawa semua barang mereka menggunakan tangga darurat. tangga demi tangga dilalui, mereka terus maju dengan semangat membara.
Sesampainya mereka di lantai 25 mereka kelelahan, mereka makan dan minum dengan lahapnya. Lalu mereka melihat barang-barang mereka, semuanya utuh. Timbul sebuah pikiran untuk mengurangi barang bawaan mereka. Lalu mereka memutuskan untuk meninggalkan meja telepon dengan teleponnya. "Toh di atas kita tidak perlu telepon atau pesan apa-apa," demikian menurut mereka.
Di lantai 30 mereka tinggalkan baju, mainan dan lemari pakaian mereka. "Toh kita masih memakai baju." Lalu mereka terus melaju ke lantai 35, mereka masih mengeluh dan memutuskan untuk meninggalkan barang mereka lagi yaitu televisi dan radio serta compo. "Soalnya kita tidak perlu nonton tv, toh acara dan lagu-lagu yang kita punya itu-itu saja."
Teruslah mereka melaju sampai lantai 45, rasanya masih berat dan tidak menyenangkan. Maka mereka tinggalkan kompor dan bahan makanan yang mereka bawa. "Toh tadi masih kenyang makan banyak." Lalu, di lantai 55 teropong dengan tripod yang sangat besar mereka tinggalkan begitu saja. "Toh di atas mau lihat apa, belum jadi semua tower yang lain."
Sesampainya di lantai 60, mereka masuk dan menyadari yang mereka miliki hanya sebuah kasur. Tidak ada jalan lain, mereka hanya ingin tidur karena tidak ada pilihan lain.
And so.... what's the point? Mungkin Anda bingung kenapa perumpamaan ini sangat panjang. Perjalanan itu melambangkan kehidupan. Tiap lantai yang ada, melambangkan umur. Dan Anda adalah keluarga tersebut. Barang-barang tersebut adalah mimpi Anda, barang-barang tersebut adalah perlambang tindakan Anda.
Di umur 25 Anda mulai bekerja dan memutuskan untuk fokus pada pekerjaan Anda, tanpa sadar Anda telah mengeliminasi banyak sahabat potensial.
Di umur 30 Anda sudah tidak memperhatikan penampilan dan melupakan hobi Anda akibat sulitnya bersaing.
Di umur 35 Anda mulai melupakan kesenangan yang Anda dambakan di hari tua akibat kenyataan bahwa tabungan Anda tidak mencukupi.
Di umur 45 Anda berhenti makan makanan yang Anda sukai akibat terlalu banyak mengkonsumsi makanan di usia 25 yang mulai berdampak buruk di usia ini.
Di umur 55 Anda benar-benar melupakan keinginan menikmati hari tua dengan memandang indahnya hidup dengan menikmati apa yang Anda lewati, Anda mulai kuatir dengan masa depan anak Anda.
Di umur 60, Anda menyesal tidak banyak yang Anda dapat akibat tidak ada mimpi yang direalisasikan. Anda hanya ingin cepat tidur selamanya, karena Anda sudah tidak bisa lagi makan makanan enak, Anda tidak memiliki achievement yang bisa dibanggakan, Anda tidak punya siapapun yang menjadi sahabat Anda, Anda tidak bisa menikmati hobi Anda di masa muda, kesehatan badan mengkuatirkan.
Hidup cuma datang sekali. Jadi pastikan, Anda akan berjuang untuk mencaoai mimpi-mimpi Anda! Jangan lepaskan, tapi usahakan. Jangan sampai kita kehabisan pilihan dalam menjalani hidup. Dreaming is a freedom, so free your dreams.

Sumber: Jawaban.com






Senin, 24 Oktober 2011

INSPIRASI PENGEMBANGAN DIRI


Jangan Ragu Jika Ingin Maju





Banyak diantara kita yang punya “hobby” belajar tapi rasanya kok hidup belum menunjukan perubahan berarti. Berapa banyak buku yang sudah Anda baca, berapa kali sudah Anda pergi ke seminar, berapa kali Anda diminta untuk segera take action tapi sampai detik ini Anda masih belum bergerak. Jangan Merasa bersalah?
"The possibilities are numerous once we decide to act and not react." Kemungkinannya banyak sekali kita memutuskan untuk bertindak dan tidak bereaksi
(George Bernard Shaw)

Menurut beliau, "begitu kita berhenti berpikir dan segera bertindak kita membuka diri terhadap kesempatan yang jumlahnya banyak sekali, bahkan melebihi dugaan kita. Namun problemnya adalah seakan-akan kita tidak punya alasan yang cukup kuat kenapa kita harus mengambil tindakan".
Berikut tiga alasan utama yang harus Anda pertimbangan ketika Anda ragu-ragu untuk bertindak:

1.  Hanya Anda yang bisa take action, bukan orang lain

Kalau Anda ditanya, “Siapa yang menjalankan hidup Anda?”, jawabnya pasti mudah: “Anda sendiri!”. Artinya Anda bertanggung jawab atas hidup Anda sendiri, bukan orang lain. Anda memiliki kekuatan untuk mengendalikan dan bahkan meningkatkan kualitas hidup Anda karena Anda sendirilah pilot pesawat hidup Anda.

Kalau Anda punya rencana bisnis, karir, atau rencana untuk merubah hidup maka Anda ingin menyadari bahwa tidak ada orang lain yang akan take the first action, kecuali Anda sendiri. Anda bisa mendapatkan bantuan dari keluarga, teman, buku, blog. Tapi tindakan harus diambil oleh Anda sendiri. Hidup Anda adalah tanggung jawab Anda. Buatlah pilihan dan keputusan yang membawa kebaikan bagi Anda sendiri.

2.  Terapkan pengetahuan yang Anda miliki

Pastinya kalau Anda membaca artikel ini Anda seorang pencari ilmu di Internet. Barangkali Anda sudah membaca banyak buku dan blog. Anda mungkin merasa pengetahuan Anda sekarang bertambah. Tidak ada salahnya dengan itu. Saya sendiri mempunyai kebiasan membaca paling tidak 10 halaman sehari. Waktu bagi saya sangat berharga oleh karena itu saya sangat jarang sekali menonton televisi.

Lebih dari itu saya percaya bahwa mengumpulkan pengetahuan tidak bisa menggantikan action. Anda bisa membaca puluhan buku, namun apabila Anda tidak mempraktekkan apa yang Anda pelajari dari buku-buku itu semua pengetahuan yang Anda miliki bisa sia-sia belaka. Menghadiri pelatihan atau seminar membantu Anda untuk memperoleh inspirasi. Barangkali Anda menjadi bersemangat untuk take action. Semangat ini ingin Anda tindak lanjutin dengan mengambil tindakan nyata dimana Anda betul-betul menerapkan pengetahuan yang Anda miliki.

3.  Menjadi lebih pandai dengan mengerjakan

Ada ungkapan “you learn by doing” yang artinya pengetahuan Anda menjadi bertambah seiring Anda menerapkannya dalam tindakan nyata. Apabila Anda seorang yang haus pengetahuan, Anda akan terpacu untuk bereksperimen dengan pengetahuan yang Anda miliki dengan menerapkannya di kehidupan sehari-hari. Dengan menerapkan pengetahuan Anda menjadi semakin pintar dengan memahami hal-hal apa yang cocok bagi Anda dan mana yang tidak.

Dengan mengerjakan Anda barangkali menjadi tahu kalau metode yang Anda baca di buku ternyata lebih rumit ketika dipraktekkan. Hal ini memacu Anda untuk memperbaiki metode tersebut dengan cara yang sesuai dengan kondisi lingkungan disekitar Anda.

Pengalaman adalah guru yang terbaik. Melalui pengalaman Anda menemukan hal-hal baru dan membuktikan sendiri apa yang selama ini dikatakan oleh guru, mentor, pelatih dll. Inilah yang ingin Anda peroleh. Secara analogi: orang lain boleh saja mendeskripsikan bagaimana rasanya apel, tapi untuk merasakan buah apel itu Anda harus makan buahnya sendiri. Sampai Anda merasakan semua sensasinya: segar, manis, asem, berair, dll.

Semoga artikel ini memberikan inspirasi bagi Anda untuk mempraktekkan ide, gagasan, dan pengetahuan yang Anda miliki untuk perbaikan kualitas diri Anda. Hanya dengan take action hidup Anda bisa berubah dan Anda pun menjadi pribadi yang membanggakan bagi diri sendiri dan orang lain.
Jangan Ragu-ragu dalam bertindak karena itu akan menghambat pergerakan dan rezeky kita.

"Lakukan apa yang bisa kita lakukan tunjukan saja semampu kita walau terkadang banyak rintangan yang menentang, jangan pengencut kita hadapi"(dikutip dari salah satu lagu Tipe X)
Seperti layaknya tubuh, otak juga membutuhkan latihan untuk berkembang. Otak yang diberikan latihan secara teratur niscaya akan tetap tajam sepanjang usia.
Untuk tetap dalam kondisi mental yang baik, lakukanlah latihan sederhana untuk otak ini seperti di bawah ini secara teratur.
1.  Coba kegiatan baru

Lakukan kegiatan yang memerlukan langkah-langkah menghafal secara kompleks akan membantu melatih otak, misalnya bermain catur.

2.  Kurangi penggunaan tangan dominan Anda

Cara yang baik untuk memperkuat otak adalah mencoba untuk memfokuskan energi Anda dalam melaksanakan tugas secara akurat dengan tangan, selain tangan yang dominan lain. Gunakan tangan kiri atau kanan jika Anda kidal untuk menggerakkan tetikus komputer Anda atau menulis surat.

3.  Selalu libatkan otak

Coba latih otak Anda dengan mengisi teka-teki atau menantang otak dengan membaca novel klasik yang sulit.

4.  Main video game

Coba mainkan jenis video game yang telah dirancang untuk membantu melatih otak Anda. Cari video game yang merangsang otak Anda dengan membuat Anda menyelesaikan persamaan matematika, menghitung kecepatan, atau menggambar.

WinkSUKSES itu Sederhana Tapi Tidak Mudah

Sukses tercapai oleh sebuah pola sederhana. Siapapun yang bisa menjalankan pola ini, maka sukses jadi kenyataan. Siapa yang cepat menjalankan polanya, suksesnya pun diraih cepat. Kondisi awal, memang berpengaruh, tapi tidak lebih menentukan dari proses menjalankan polanya. Orang miskin dan orang kaya lebih cepat mana meraih sukses? Bila hanya menghitung kondisi awal, maka orang kaya jawabannya. Tapi penentunya bukan kondisi awal, tapi proses menjalankan polanya. Orang miskin yang lebih cepat menjalankan pola sukses dari orang kaya, akan meraih sukses lebih cepat pula.

Nah, bagaimana pola sukses itu? Ada 5 tahap yang membentuk pola sukses, yaitu:

1.  Keyakinan Diri yang Positif

Segalanya berawal dari sini. Ini citra diri anda. Self image. Ini berkaitan dengan bagaimana anda meyakini diri anda sendiri? Apakah anda manusia yang dilahirkan untuk sukses atau untuk gagal? Anda orang baik atau orang buruk? Anda ganteng / cantik atau buruk rupa? Anda layak kaya atau layak miskin? Anda merasa sebagai orang kelas bawah, kelas menengah atau kelas atas? Ketika berhadapan dengan orang lain, anda merasa diri anda di atas, sejajar atau di atasnya? Juga berkaitan dengan anda merasa diri anda pengikut yang baik atau pemimpin yang hebat? Merasa punya semua bakat dan potensi yang dibutuhkan atau tidak?

Nah, kesuksesan diawali dari keyakinan positif atas diri sendiri. Anda yakin anda dilahirkan untuk sukses. Anda orang baik. Anda ganteng / cantik. Anda layak kaya dan menjadi orang kelas atas. Anda percaya diri berhadapan dengan orang lain. Tidak rendah diri. Tidak juga sombong. Anda layak menjadi pemimpin hebat. Anda pun yakin sekali anda dianugerahi bakat dan potensi yang cukup untuk meraih sukses yang anda inginkan.

Kenapa ini penting? Karena hanya orang yang yakin bahwa dirinya layak sukses yang akan meraih sukses itu. Iya kan?

2.  MelakukanKeharusan.

Langkah kedua adalah melakukan keharusan. Dari keharusan yang mendasar dan sederhana sampai melakukan keharusan yang sulit dan rumit. Keharusan – yang paling sederhana sekalipun – biasanya tidak menyenangkan. Tapi sangat baik bila dilakukan.

Keharusan ini bersifat seperti imunisasi. Bayi harus diimunisasi. Ini sebuah keharusan. Sakit rasanya, tapi menguatkan. Sedih melihatnya, tapi harus melakukannya. Resiko lebih besar harus ditanggung bila keharusan ini tak dilakukan.

Setiap orang harus bangun pagi-pagi. Setiap orang harus berolahraga. Setiap orang harus makan makanan sehat dan bergizi. Setiap orang harus bisa mengurus dirinya sendiri. Setiap orang harus bisa berpikir. Setiap orang harus bisa memecahkan masalah. Setiap orang harus terus belajar. Itulah beberapa keharusan yang mendasar.

Bila anda karyawan, anda harus disiplin. Taat aturan. Betapa pun aturan itu membuat anda kesal. Bila anda pebisnis, anda harus punya nilai lebih. Betapa pun sulitnya memiliki nilai lebih itu. Bila anda atlet, anda harus keras berlatih. Meski itu melelahkan.

Nah, bisakah anda meraih sukses bila anda tak bisa melakukan keharusan anda? Tidak!!! 100% tidak bisa sukses.

3.  Membentuk Kebiasaan Positif.

Langkah ketiga adalah hasil langkah kedua yang benar-benar jelas, terus dilakukan berulang-ulang secara konsisten. Setiap orang harus bangun pagi. Maka pagi bisa berarti pukul empat, lima, enam, tujuh, delapan atau bahkan sembilan. Bila anda bangun tidur pukul empat di hari Senin, pukul tujuh di hari Selasa, pukul lima di hari Rabu, pukul delapan di hari Kamis, maka anda baru melakukan keharusan. Keharusan anda belum menjadi kebiasaan. Ketika anda secara konsisten – setiap hari – bangun pukul empat, itulah kebiasaan. Sebuah kebiasaan positif harus benar-benar jelas.

Ketika melihat orang kecelakaan, anda sigap membantu. Anda melakukan keharusan anda. Tapi hal ini tak terjadi setiap hari, kan? Maka ini bukan kebiasaan. Mematikan lampu yang tak digunakan adalah keharusan. Selalu mematikan lampu yang tak digunakan adalah kebiasaan. Nah, keharusan dan kebiasaan dibedakan oleh satu kata saja : selalu. Satu kata yang benar-benar sangat menentukan.

Keyakinan positif, Melakukan keharusan dan Membentuk kebiasaan positif adalah fondasi sukses anda. Ia seperti batu, pasir dan semen dalam fondasi rumah. Salah satu kurang, fondasi tak kuat. Rumah tak bisa dibangun di atas fondasi yang rapuh. Sukses pun begitu. Hanya bisa diraih bila fondasinya kuat.

4.  Membentuk Kebiasaan Produktif

Kebiasaan produktif berbeda dengan kebiasaan positif. Kebiasaan positif berarti tidak negatif, tidak merugikan, dan menyenangkan, tapi tidak menghasilkan kemajuan secara langsung. Kesuksesan diraih secara langsung oleh kebiasaan produktif.

Membaca buku itu positif. Apakah produktif? Tidak. Menulis buku lah yang produktif. Hasilnya jelas sebuah buku. Anda mungkin berpendapat, membaca buku kan menghasilkan pengetahuan. Jadi ada hasilnya. Ada produknya. Anda benar. Tapi produknya masih di tahap mental, bukan fisikal. Maka bila baru di tahap mental, belum bisa dikatakan produktif. Secara mental, anda bisa sangat paham tentang penjualan. Produktif? Belum. Jadi produktif bila anda telah menjual sesuatu. Dan sesuatu yang anda jual itu ada yang beli.

Apakah ini membuat produktif lebih penting dari positif? Jelas tidak. Anda akan sangat sulit untuk bisa produktif, bila anda tidak positif.

5.  Berkompetisi.

Kebiasaan produktif akan menghantarkan anda pada sukses. Tetapi untuk bisa bertahan dalam kesuksesan, anda harus siap dan mampu berkompetisi. Tanpa ini, sukses hanya sekejap. Orang sukses adalah orang yang senang berkompetisi. Bersemangat ketika ada saingan. Terpacu ketika ada lawan. Tetap rendah hati ketika menang. Segera bangkit ketika dikalahkan. Maka keyakinan, pelaksanaan keharusan, kebiasaan positif dan kebiasaan produktif benar-benar diuji. Inilah ujian sebenarnya dari sebuah kesuksesan.

"Meraih sukses sulit. Mempertahankan kesuksesan jauh lebih sulit. Maka sadarilah bahwa semua kesulitan itu memang sebuah kelayakan untuk orang hebat seperti anda" http://static.kaskus.us/images/smilies/sumbangan/14.gif

Bagaimana dengan kegagalan? Ternyata, gagal pun membentuk sebuah pola.

Pola yang berkebalikan dari pola sukses. Berarti orang gagal itu:


1.     Keyakinan pada dirinya sendiri negatif.
2.    Tidak melakukan keharusannya, malah asyik melakukan kesenangan.
3.    Terbentuk kebiasaannya yang negatif.
4.    Terbentuk kebiasaannya yang merusak.
5.    Menyerah kalah sebelum berkompetisi.

Nah, ini jadi bahan introspeksi kita bersama. Berada di pola mana hidup kita? Pola sukses atau pola gagal? Berada di tahap mana pada pola tersebut?

"Kesuksesan emang sulit di capai jika kita tidak berfikir positif, Kegagalan dan pengorbanan hanya sebuat proses dalam mencapai kesuksesan, jadi berfikirlah positif di saat kita gagal, karena sebenarnya Kesuksesan telah berada di depan kita.. Jalankan lah Pola Hidup yang baik karena semua itu akan menjadikan Diri kita lebih baik"

Lawanlah Rasa Takut dan Jadilah Pemberani,.!!

“Mulailah, beranilah dan bertumbuhlah menjadi bijaksana.”

Jika anda pemalu, ragu-ragu, atau pasif, anda berisiko memiliki kehidupan yang dipenuhi dengan rutinitas dan sasaran-sasaran yang tidak tercapai. Kemajuan-kemajuan yang kita lihat saat ini dilakukan oleh orang-orang yang berani – ilmuwan, politikus, artis, dan orang-orang lain yang tidak menunggu datangnya peluang; mereka menciptakan peluang.
Jadi jika anda ingin menjadi seseorang yang pemberani dan tidak dapat dihentikan, berikut ini merupakan beberapa cara yang bisa anda lakukan untuk memulai momentum anda.

1.  Berpura-Puralah Anda Adalah Seorang Pemberani.

Jika anda bertukar tempat dengan seseorang yang sangat berani, apa yang akan mereka lakukan jika mereka ada di posisi anda? Jika anda mengenal seseorang yang berani, bayangkan bagaimana mereka akan bertindak. Jika anda tidak mengenal orang seperti itu, pikirkan seorang karakter yang berani dari film atau buku. Habiskan waktu satu jam setiap hari selama seminggu untuk berpura-pura menjadi mereka.

Saat anda melakukannya, pergilah ke suatu tempat dimana orang-orang tidak mengenal anda dan tidak akan terkejut melihat tindakan anda yang mungkin lain dari biasanya. Cobalah lakukan dan lihat apa yang terjadi – anda mungkin menemukan hal-hal luar biasa ketika anda berani, dan anda mungkin akan merasa yakin untuk menerapkan sikap ini pada kehidupan anda sehari-hari.

2. Ambil Inisiatif.

Ketika anda merasa ragu – khususnya dalam berinteraksi dengan orang lain – simpan ego anda dan ambil langkah pertama. Tanyakan pada rekan kerja anda apakah mereka mau pergi ke cafe untuk minum-minum sehabis bekerja. Katakan kepada orang yang anda sukai bahwa anda memiliki 2 tiket konser dan anda ingin orang tersebut ikut dengan anda. Berikan sahabat karib anda pelukan dan minta maaf atas kesalahan yang pernah anda buat sebelumnya. Tersenyumlah dan berkediplah pada kasir yang berpenampilan menarik.
3.Lakukan Sesuatu Diluar Dugaan.

Apa yang bisa anda lakukan yang kira-kira akan mengejutkan orang-orang yang mengenal anda? Memakai sepatu hak tinggi? Bungie jumping? Mengikuti kelas dansa? Orang-orang pemberani tidak takut mencoba melakukan sesuatu yang baru, dan salah satu alasan mereka sangat menarik untuk berada di sekeliling anda adalah karena mereka terus membuat anda menerka-nerka.
Anda bisa memulai dari sesuatu yang kecil, mungkin mengenakan pakaian dengan warna atau gaya yang tidak biasanya anda pakai, atau mengunjungi tempat yang biasanya tidak anda kunjungi. Pada akhirnya, anda akan mencapai suatu titik dimana anda memiliki ide yang membuat orang lain ternganga saat anda mengutarakannya (“Apakah anda serius? Arung Jeram?” atau “Anda pasti bercanda. Anda ingin membeli ruko di jalan tersebut?”).

4. Mintalah Apa Yang Anda Inginkan.

Daripada menunggu untuk dikenali orang karena usaha anda, atau mengharapkan seseorang untuk mempertimbangkan kebutuhan anda, majulah dan mintalah.

Beberapa orang merasa bahwa meminta sesuatu adalah perbuatan yang serakah, egois, dan kasar – dan itu betul, jika anda meminta sesuatu yang bukan menjadi hak anda. Namun jika seseorang menahan sesuatu yang menjadi hak anda, merekalah yang serakah, egois, dan kasar. Lagipula, hal terburuk apa yang mungkin terjadi? Mereka berkata tidak.

5. Mengambil Risiko.

Ada perbedaan antara ceroboh dan mengambil risiko. Orang-orang ceroboh tidak mengambil risiko.. mereka tidak memikirkan risiko yang ada. Di sisi lain, seorang pemberani sangat memahami risiko yang ada, dan telah memutuskan untuk tetap pada keputusan yang mereka ambil, siap dan bersedia menerima konsekuensi jika kenyataan berbeda dengan yang mereka harapkan.

Pikirkan seorang atlet yang mengambil risiko setiap harinya. Apakah mereka ceroboh? Tidak. Mereka mengambil risiko yang terukur. Anda mungkin melakukan kesalahan; kita semua melakukan kesalahan. Namun tidak melakukan apa-apa juga merupakan kesalahan, sesuatu yang bisa membawa anda pada kekosongan dan penyesalan. Bagi sebagian orang, mengambil risiko dan mengalami kegagalan merupakan sebuah pengalaman yang sangat berharga daripada tidak melakukan apapun.

Sebaliknya, jangan mencampuradukkan berani dengan agresif. Agresif seringkali memaksakan pendapat atau tindakan anda pada orang lain. Keberanian tidak ada hubungannya dengan orang-orang di sekitar anda; keberanian adalah mengatasi rasa takut anda dan mengambil tindakan.

Ingatlah, meskipun anda akan merasa sangat bersemangat dalam melakukan sesuatu yang baru, risiko kegagalan tetap ada karena kurangnya pengalaman anda. Sikapi kegagalan anda; kegagalan bukanlah kebalikan dari kesuksesan, kegagalan merupakan komponen penting dari kesuksesan. Kebalikan dari sukses adalah berdiam diri.

6. Temukan Kembali Diri Anda.

Intinya, keberanian berasal dari dalam diri anda, dari apa yang anda percayai. Keberanian bukan tentang apa yang anda lakukan, melainkan siapa diri anda. Jika anda tidak mengenal diri anda, anda tidak pernah menjadi pemberani.

Mulailah menghargai keunikan anda. Temukan hal-hal yang membuat anda berbeda dan tunjukkan pada orang-orang di sekeliling anda. Curahkan perhatian dan sayangi diri anda sendiri karena tidak penting apa yang orang lain katakan. Itulah inti dari keberanian.
"Ketakutan, Keraguan akan menghambat sebagian pergerakan kita, maka jadi lah orang yang pemberani, berani mengambil tindakan dan berani mengambil resiko selama itu bertujuan baik"
Berhenti berfikir dan Take Action
God Bless All

Sumber: Pengembangan diri.com