Mereka
membawa surat
kabar, pakaian, mainan, makanan, kompor, lemari pakaian, tempat tidur,
peralatan makan, televisi, alat musik, sabun, teropong, dan banyak sekali
barang lain. "Nanti di atas, kita bisa nonton tv, main video game, masak
terus makan masakan buatan sendiri, bisa bersantai sambil mendengarkan musik,
bisa meneropong jauh, bersantai, mandi dulu, pokoknya enak deh..."
demikian pikir mereka.
Sesampainya
mereka di sana ,
mereka menemui developer. Ternyata, apartemen itu baru setengah jadi dan lift
belum terpasang. Mereka sangat kecewa dibuatnya. Mereka ingin pulang ke rumah
lama mereka, tapi kontrak mereka sudah habis. Dengan sangat terpaksa, mereka
harus tetap naik ke atas sana
dan tinggal di dalamnya menggunakan tangga darurat. Mereka naik membawa semua
barang mereka menggunakan tangga darurat. tangga demi tangga dilalui, mereka
terus maju dengan semangat membara.
Sesampainya
mereka di lantai 25 mereka kelelahan, mereka makan dan minum dengan lahapnya.
Lalu mereka melihat barang-barang mereka, semuanya utuh. Timbul sebuah pikiran
untuk mengurangi barang bawaan mereka. Lalu mereka memutuskan untuk
meninggalkan meja telepon dengan teleponnya. "Toh di atas kita tidak perlu
telepon atau pesan apa-apa," demikian menurut mereka.
Di
lantai 30 mereka tinggalkan baju, mainan dan lemari pakaian mereka. "Toh
kita masih memakai baju." Lalu mereka terus melaju ke lantai 35, mereka
masih mengeluh dan memutuskan untuk meninggalkan barang mereka lagi yaitu
televisi dan radio serta compo. "Soalnya kita tidak perlu nonton tv, toh
acara dan lagu-lagu yang kita punya itu-itu saja."
Teruslah
mereka melaju sampai lantai 45, rasanya masih berat dan tidak menyenangkan.
Maka mereka tinggalkan kompor dan bahan makanan yang mereka bawa. "Toh
tadi masih kenyang makan banyak." Lalu, di lantai 55 teropong dengan
tripod yang sangat besar mereka tinggalkan begitu saja. "Toh di atas mau
lihat apa, belum jadi semua tower yang lain."
Sesampainya
di lantai 60, mereka masuk dan menyadari yang mereka miliki hanya sebuah kasur.
Tidak ada jalan lain, mereka hanya ingin tidur karena tidak ada pilihan lain.
And
so.... what's the point? Mungkin Anda bingung kenapa perumpamaan ini sangat
panjang. Perjalanan itu melambangkan kehidupan. Tiap lantai yang ada,
melambangkan umur. Dan Anda adalah keluarga tersebut. Barang-barang tersebut
adalah mimpi Anda, barang-barang tersebut adalah perlambang tindakan Anda.
Di
umur 25 Anda mulai bekerja dan memutuskan untuk fokus pada pekerjaan Anda,
tanpa sadar Anda telah mengeliminasi banyak sahabat potensial.
Di
umur 30 Anda sudah tidak memperhatikan penampilan dan melupakan hobi Anda
akibat sulitnya bersaing.
Di
umur 35 Anda mulai melupakan kesenangan yang Anda dambakan di hari tua akibat
kenyataan bahwa tabungan Anda tidak mencukupi.
Di
umur 45 Anda berhenti makan makanan yang Anda sukai akibat terlalu banyak
mengkonsumsi makanan di usia 25 yang mulai berdampak buruk di usia ini.
Di
umur 55 Anda benar-benar melupakan keinginan menikmati hari tua dengan
memandang indahnya hidup dengan menikmati apa yang Anda lewati, Anda mulai
kuatir dengan masa depan anak Anda.
Di
umur 60, Anda menyesal tidak banyak yang Anda dapat akibat tidak ada mimpi yang
direalisasikan. Anda hanya ingin cepat tidur selamanya, karena Anda sudah tidak
bisa lagi makan makanan enak, Anda tidak memiliki achievement yang bisa dibanggakan, Anda
tidak punya siapapun yang menjadi sahabat Anda, Anda tidak bisa menikmati hobi
Anda di masa muda, kesehatan badan mengkuatirkan.
Hidup
cuma datang sekali. Jadi pastikan, Anda akan berjuang untuk mencaoai
mimpi-mimpi Anda! Jangan lepaskan, tapi usahakan. Jangan sampai kita kehabisan
pilihan dalam menjalani hidup. Dreaming
is a freedom, so free your dreams.
Sumber: Jawaban.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar