Minggu, 27 November 2011
Senin, 21 November 2011
Katakan Sesuatu yang Positif
- “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa
Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan
Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan”. (Roma 10:9).
Setiap orang pasti mengerti bahwa kata-kata atau ucapan dapat menentukan, apakah perjalanan hidup kita baik atau buruk. Satu contoh misalnya, seseorang dalam hidupnya selalu cemas, kuatir, takut, mengeluh, dan sikapnya selalu saja susah. Tipe orang seperti ini biasanya tidak akan senang selama hidupnya.
Sebaliknya jika seseorang selalu penuh dengan sukacita, tidak pernah kuatir, dan selalu optimis bahwa apa yang ia lakukan akan berhasil, hidupnya pasti senang,
Gawatnya, ada umat Tuhan yang hidupnya selalu diliputi kata-kata yang negatif, padahal mereka tahu Firman Tuhan. Bukankah Firman Tuhan adalah ucapan Allah sendiri? Apakah Allah pernah ingkar dengan firmanNya?
Alkitab berkata “Tetapi firman ini sangat dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu, untuk dilakukan”. (Ulangan 30:14).
Dikatakan bahwa Firman Allah sangat dekat dengan mulut kita. Jadi kita harus menggunakan perkataan Allah agar berkat dan mujizat Allah terjadi dalam hidup kita, dengan cara memperkatakan firman itu setiap kali, sesuai dengan apa yang kita butuhkan.
Ditambahkan pula bahwa firman itu sangat dekat, yaitu dalam hatimu. Jadi bukan hanya firman didalam mulut atau perkataan saja, tetapi juga harus didalam hati. Artinya, kita harus mempunyai iman dalam hati sewaktu mengatakannya. Karena sia-sialah sekalipun kita memperkatakan Firman Allah seribu kali sehari, jika hati kita tidak yakin dan tidak memiliki iman. Semuanya hanya merupakan rentetan kalimat yang kosong belaka, karena tanpa kuasa Allah.
Firman Tuhan juga jangan hanya digunakan di waktu kita dalam bahaya, tetapi dalam keadaan normal dan baik-baik saja-pun kita harus menggunakannya. Sebagai contoh, kita dapat melihat Daud menggunakan bahasa iman dalam keadaan normal. “TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku” (Mazmur 23:1). Daud mengakui bahwa Tuhan adalah gembalanya dan Tuhan yang mahakuasa dalam mencukupkan segala keperluannya. Dan itu benar-benar terbukti dalam hidupnya!
Dia bersyukur dan memuji Tuhan atas berkat-berkatNya yang melimpah. Daud memakai bahasa iman: mengizinkan kemuliaan dan berkat Allah mengalir terus dalam kehidupannya.
“Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang” (Mazmur 23:2). Tuhan sebagai gembala dan kita adalah domba-dombaNya. Bila kita dibaringkan di padang rumput yang tenang, berarti segala kebutuhan kita telah terjamin. Disini terlukiskan juga kedamaian rohani yang Allah berikan kepada kita, seuatu kemurahan Allah yang tercurah setiap hari.
Jadi, sudah bukan jamannya lagi kita berkeluh kesah setiap hari. Mari kita pakai kata-kata positif yang penuh dengan ucapan syukur pada Tuhan. Dan lihatlah hal-hal baik yang akan terjadi dalam hidupmu!
Setiap orang pasti mengerti bahwa kata-kata atau ucapan dapat menentukan, apakah perjalanan hidup kita baik atau buruk. Satu contoh misalnya, seseorang dalam hidupnya selalu cemas, kuatir, takut, mengeluh, dan sikapnya selalu saja susah. Tipe orang seperti ini biasanya tidak akan senang selama hidupnya.
Sebaliknya jika seseorang selalu penuh dengan sukacita, tidak pernah kuatir, dan selalu optimis bahwa apa yang ia lakukan akan berhasil, hidupnya pasti senang,
Gawatnya, ada umat Tuhan yang hidupnya selalu diliputi kata-kata yang negatif, padahal mereka tahu Firman Tuhan. Bukankah Firman Tuhan adalah ucapan Allah sendiri? Apakah Allah pernah ingkar dengan firmanNya?
Alkitab berkata “Tetapi firman ini sangat dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu, untuk dilakukan”. (Ulangan 30:14).
Dikatakan bahwa Firman Allah sangat dekat dengan mulut kita. Jadi kita harus menggunakan perkataan Allah agar berkat dan mujizat Allah terjadi dalam hidup kita, dengan cara memperkatakan firman itu setiap kali, sesuai dengan apa yang kita butuhkan.
Ditambahkan pula bahwa firman itu sangat dekat, yaitu dalam hatimu. Jadi bukan hanya firman didalam mulut atau perkataan saja, tetapi juga harus didalam hati. Artinya, kita harus mempunyai iman dalam hati sewaktu mengatakannya. Karena sia-sialah sekalipun kita memperkatakan Firman Allah seribu kali sehari, jika hati kita tidak yakin dan tidak memiliki iman. Semuanya hanya merupakan rentetan kalimat yang kosong belaka, karena tanpa kuasa Allah.
Firman Tuhan juga jangan hanya digunakan di waktu kita dalam bahaya, tetapi dalam keadaan normal dan baik-baik saja-pun kita harus menggunakannya. Sebagai contoh, kita dapat melihat Daud menggunakan bahasa iman dalam keadaan normal. “TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku” (Mazmur 23:1). Daud mengakui bahwa Tuhan adalah gembalanya dan Tuhan yang mahakuasa dalam mencukupkan segala keperluannya. Dan itu benar-benar terbukti dalam hidupnya!
Dia bersyukur dan memuji Tuhan atas berkat-berkatNya yang melimpah. Daud memakai bahasa iman: mengizinkan kemuliaan dan berkat Allah mengalir terus dalam kehidupannya.
“Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang” (Mazmur 23:2). Tuhan sebagai gembala dan kita adalah domba-dombaNya. Bila kita dibaringkan di padang rumput yang tenang, berarti segala kebutuhan kita telah terjamin. Disini terlukiskan juga kedamaian rohani yang Allah berikan kepada kita, seuatu kemurahan Allah yang tercurah setiap hari.
Jadi, sudah bukan jamannya lagi kita berkeluh kesah setiap hari. Mari kita pakai kata-kata positif yang penuh dengan ucapan syukur pada Tuhan. Dan lihatlah hal-hal baik yang akan terjadi dalam hidupmu!
Sumber: JAWABAN.com
Minggu, 13 November 2011
Berhati-hatilah dengan perkataan dan amarah.
Suatu
ketika, ada seorang anak laki-laki yang bersifat pemarah. Untuk mengurangi
kebiasaan marah sang anak, ayahnya memberikan sekantong paku dan mengatakan
pada anak itu untuk memakukan sebuah paku di pagar belakang rumah setiap kali
dia marah...
Hari
pertama anak itu telah memakukan 48 paku ke pagar setiap kali dia marah. Lalu
secara bertahap jumlah itu semakin berkurang. Dia mendapati bahwa ternyata
lebih mudah menahan amarahnya daripada memakukan paku ke pagar.Akhirnya tibalah hari dimana anak itu merasa sama sekali bisa mengendalikan amarahnya dan tidak cepat kehilangan kesabarannya. Dia memberitahukan hal ini kepada ayahnya, yang kemudian mengusulkan agar dia mencabut satu paku untuk setiap hari dimana dia tidak marah.
Hari-hari berlalu dan anak laki-laki itu akhirnya memberitahu ayahnya bahwa semua paku telah dicabut olehnya. Lalu sang ayah menuntun anaknya ke pagar. "Hmm, kamu telah berhasil dengan baik anakku... Tapi lihatlah lubang-lubang di pagar ini. Pagar ini tidak akan pernah bisa sama seperti sebelumnya. Ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan, kata-katamu itu meninggalkan bekas seperti lubang ini di hati orang lain..."
"Kamu dapat menusukkan pisau pada seseorang, lalu mencabut pisau itu... Tetapi tidak peduli beberapa kali kamu minta maaf, luka itu akan tetap berbekas. Dan luka karena kata-kata adalah sama buruknya dengan luka fisik..." Berhati-hatilah dengan perkataan dan amarah.
sumber: Jawaban.com
Rabu, 09 November 2011
Selasa, 08 November 2011
Senin, 07 November 2011
Kamis, 03 November 2011
Langganan:
Postingan (Atom)